News & Events

[Infografik] Gen Z Indonesia Lebih Pilih Sewa Hunian Daripada Beli

Harga rumah yang melonjak jauh lebih cepat dibanding kenaikan gaji membuat generasi muda menghadapi dilema besar. Generasi Z (lahir 1997–2012) sekarang berada di fase produktif awal, banyak yang baru mulai bekerja, membangun karier, atau berkeluarga.

Bayangkan kamu baru lulus kuliah, dapat pekerjaan di pusat kota, tapi setiap kali buka iklan rumah, harganya bikin kaget. DP ratusan juta, cicilan belasan juta, sementara gaji masih pas-pasan. Inilah realita yang dihadapi banyak anak muda Indonesia hari ini.

Realistis Menyewa, Tapi Tetap Ingin Punya Rumah

Dengan kondisi seperti ini, wajar kalau membeli rumah terasa mustahil bagi sebagian besar Gen Z. Pilihan rasional pun jatuh pada menyewa apartemen atau rumah terlebih dahulu, meskipun begitu, aspirasi memiliki rumah pribadi tetap menjadi impian jangka panjang.

Hasil survei Populix (2025, n=4.265) menunjukkan bahwa 75% responden masih lebih prefer membeli rumah daripada menyewa. Angka ini menandakan bahwa kepemilikan rumah tetap dipandang sebagai pencapaian penting dan simbol kestabilan finansial.

Namun, realitas di lapangan berbeda. Dari survei yang sama, mayoritas responden mengakui mereka menunda membeli karena tidak siap secara finansial. Artinya, preferensi dan aspirasi tidak otomatis terwujud menjadi keputusan nyata.

Kenapa Banyak Gen Z Memilih Sewa?

Alasan Gen Z lebih pilih sewa

Dengan harga properti di kota-kota besar yang kian tidak terjangkau, down payment (DP) dan cicilan KPR jadi beban yang berat bagi anak muda yang penghasilannya masih menanjak, artinya secara finansial mereka belum siap.

Selain itu, ada faktor lain yang memperkuat pilihan sewa:

  • Karier/lokasi kerja belum settle
    Banyak Gen Z yang baru memulai karier, berpindah-pindah pekerjaan, atau bahkan bekerja remote. Membeli rumah di satu lokasi terasa mengikat dan berisiko.

  • Belum ketemu hunian yang sesuai
    Faktor lokasi, akses transportasi, dan fasilitas lingkungan jadi pertimbangan penting.

  • Bukan prioritas
    Sebagian Gen Z lebih mendahulukan kebutuhan lain misalnya pendidikan, investasi kecil, atau lifestyle.

  • Fleksibilitas sewa
    Sewa memberi kebebasan berpindah, mencoba lingkungan baru, dan menyesuaikan dengan perubahan hidup.

Konteks ini sejalan dengan survei Inventure (September 2024, n=450) yang menunjukkan bahwa 65% anak muda merasa pesimis bisa membeli rumah pertama dalam tiga tahun ke depan. Bukan karena mereka tidak punya niat, tapi karena rintangan yang menghadang begitu tinggi. 

Delapan dari sepuluh responden mengaku harga rumah terlalu mahal, hampir setengahnya menilai kenaikan gaji tidak pernah bisa mengejar laju kenaikan harga properti, sementara yang lain harus berhadapan dengan biaya hidup harian yang kian mencekik.

Di balik angka-angka itu, tergambar realita yang dihadapi banyak Gen Z, antara mimpi besar dan kemampuan finansial, ada jurang lebar yang sulit diseberangi. 

Tidak heran jika akhirnya mereka memilih menunda, atau sekadar menyewa dulu, sambil terus berharap satu hari bisa menyalakan kembali mimpi punya rumah sendiri.

Tantangan Membeli Rumah Bagi Gen Z

Cost untuk membeli rumah

Membeli rumah ternyata bukan hanya soal DP. Ada cicilan bulanan, pajak, asuransi, sampai biaya perawatan yang sering luput dihitung. Bagi banyak anak muda, angka-angka ini terasa seperti beban yang mengekang.

  • DP dan cicilan bulanan
    Sering kali setara atau bahkan lebih besar daripada gaji rata-rata Gen Z di kota besar.

     

  • Pajak properti & notaris
    Biaya legal yang sering kali luput dari perhitungan oleh calon pembeli.

     

  • Asuransi rumah
    Untuk perlindungan jangka panjang.

     

  • Perawatan & renovasi
    Rumah tidak berhenti jadi “biaya” setelah dibeli, karena ada maintenance rutin.

Kesimpulan

Gen Z Indonesia berada dalam dilema antara realita finansial dan aspirasi jangka panjang. Untuk sekarang, menyewa rumah menjadi pilihan paling rasional, tetapi impian memiliki rumah sendiri tetap hidup dalam pikiran mereka.

Bagi industri properti, memahami pola pikir ini merupakan kunci. Dengan strategi produk dan pembiayaan yang tepat, developer bisa menjembatani gap antara keinginan dan kemampuan, sekaligus membantu Gen Z mewujudkan mimpi punya hunian sendiri.

Sumber Data dan Referensi:

  •  https://cdn.idntimes.com/content-documents/indonesia-millennial-genz-report-2025.pdf
  • https://inventure.id/insights/65-gen-z-pesimis-beli-rumah/
  • https://www.instagram.com/p/DLXJfrSz0cY/?hl=en&img_index=7 
  • https://www.instagram.com/p/C9Y6sr1NSSC/?hl=en&img_index=2

Dwijaya Karya Development

Pengembang properti perumahan, apartemen, komplek komersial dan properti real estate lainnya yang terpercaya di Indonesia lebih dari 10 tahun.

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker